Tuesday, December 24, 2013

Tukang Servis Jam Keliling

Original Post 1 Oktober 2011

Tadi pulang kantor, sedikit galau, tiba-tiba melihat sesosok pemuda berjalan membawa tas kecil mirip koper dan tas ransel. Dia teriak-teriak, dari kejauhan saya masih mendengar dengan ngawur, lama-lama mulai kedengeran: jam, servis, tali, baterai. Itulah kata-kata yang dia ulangi. Dia terus mengulangi kata itu sampai jauh, dari sebelum melewati kos saya sampai sesudah jauh melampaui.
Selalu begini.
Ya, ini hari awal gajian dan berbagai tanggungan membuat gaji saya sudah entah kemana-mana sekarang, baru hari pertama.
Dan Tuhan selalu tahu caranya membuat saya bersyukur, diberikannyalah pemuda tadi.
Apa pasal?
Coba bayangkan demand dari usahanya? Ada berapa orang yang punya jam tangan? Ada berapa orang sih yang jam tangannya rusak? Ada berapa orang sih yang kala tidur siang lantas peduli pada jamnya yang sedang rusak? Ada berapa orang yang memilih untuk beli jam baru alih-alih memperbaiki?
Saya punya sebuah jam Alba asli yang dikasih sama pakde, yang setiap kali saya ke tukang servis selalu dikomentari: INI MAHAL MAS! Apakah saya mau menserviskan jam saya pada dia? Belum tentu. Yang pasti jam saya baik-baik saja.
Bayangkanlah, dengan demand yang jauh lebih kecil dari tukang roti misalnya, pemuda tadi masih berkeliaran dengan perkakas jamnya. Bayangkanlah bahwa ia memilih untuk berkeliling menjual jasa alih-alih NGEMIS. Bayangkanlah seorang dengan gaji yang (seharusnya) lebih dari cukup harus selalu MENGELUH bahwa gajinya habis.
Dunia memang selalu menyediakan cermin, dimana-mana, itulah hebatnya.

No comments:

Post a Comment