Wednesday, December 25, 2013

Ketika Bapak Tidak Lagi Kepala Sekolah

Original Post 8 Juli 2013

Hari ini baru tahu kalau Bapak saya sudah tidak lagi menjabat kepala sekolah. Jadi saya nggak bisa lagi bilang “Apak Den Kepala Sekolah…”.
Hehehehe.
Dan baru sadar kalau tahun depan Bapak saya sudah pensiun. Sementara anaknya pertamanya ini ada tanda-tanda akan kawin saja belum.
Setengah senang sih, karena ngelihat betapa ribetnya jadi Kepsek itu. Mau cuti, rempong. Mau ijin? Rempong juga. Okelah ada saja yang berani-beraninya ngasih gadget ke para Kepala Sekolah. Dan dengan bingungnya, Bapak ngasih gadget Huawei touchscreen-nya ke wakilnya.
Yah, Bapak saya memang lurusnya minta ampun. That’s why I’m proud of him. Apalagi saya punya teman yang setengah mati menentang Bapaknya yang rada korup. Which is, Bapaknya itu, punya jabatan jauh lebih tinggi daripada Bapak saya.
Lebih bangga siapa kalau begini?
Setengah senang juga karena Bapak nggak usah repot-repot dinas segala macam lagi ke berbagai kota atas nama kepala sekolah. Nggak harus ngawal soal ke ibukota propinsi dan lainnya.
Duitnya? Fasilitasnya?
Ya ada sih pastinya. Tapi mungkin impas dengan lulusnya adek saya bulan depan. Yang mana seharusnya bukan lagi jatah anak minta duit ke ortu kalau sudah lulus kuliah. Ya to?
Saya hanya kurang senang begitu tahu penggantinya. Bukan apa-apa sih. Para alumni yang saya kenal, dengan terang benderang bahwa Bapak sayalah yang pantas ada di ruangan itu. Ini alumni lho yang ngomong. Alumni yang sudah belasan/puluhan tahun nggak diajar sama Bapak.
Nah, yang gantiin?
Hehehehe.
Entahlah. I’m just not sureIt’s just a feeling.
Dan saya akan selalu berdoa bisa hidup seluruuussss Bapak, di tengah dunia per-swasta-an yang lumayan menggoyang idealisme ini.

No comments:

Post a Comment