Wednesday, December 25, 2013

Tentang yang Dipikirkan

Original Post 20 Maret 2013

Semalam, karena euforia laptop baru pulih, bukannya nulis, malah staking *eh*, terus jam 11 belum ngantuk, terus nonton. Nah, pas si Bayu keluar, lalu duduk di depan tivi, dan tak lama kemudian Bapak Agung S (hihihihi…) keluar kamar juga, dan trio Sanata Dharma @ Kedasih ini malah cerita-cerita tengah malam.
Entah dari mana awalnya, tapi sebenarnya tentang kita-kita yang secara nasib bisa dibilang tidak mulus-mulus amat, tapi bisa dibilang sukses. Setidaknya, sama-sama lulus 3,5 tahun juga sama-sama dapat beasiswa, dan sama-sama bekerja di perusahaan besar.
Lalu pembicaraan kemana-mana, dan kemudian kemudian jadi macam-macam. Dan sebersit yang menarik saya adalah ketika membicarakan soal ketika hendak menyoal masa depan. Sebut saja, menikah.
Bahkan orang yang levelnya di bawah kita pun bisa memutuskan menikah, sementara kita-kita ini masih hendak memikirkan (yang pertama tentu saja CALONNYA MANA? hehe..) dimana mau tinggal, gimana anak mau sekolah, dan gimana-gimana lainnya. Apakah pemikiran itu yang kejauhan atau ada kesalahan pemikiran di otak saya (setidaknya)?
Lalu beranjak ke komparansi gaji kita sekarang dengan gaji bapak kita (sekarang juga), dan nyata-nyata cenderung sama. Lantas, kok bisa kemudian bapak kita bisa menyekolahkan sampai Sarjana Farmasi Apoteker dengan gaji segitu, sementara kita gundah gulana dengan gaji segitu?
Hmmm, mungkin memang terlalu banyak yang dipikirkan :)

No comments:

Post a Comment