Wednesday, December 25, 2013

Sendirian, Manusia Tanpa Gadget

Original Post 16 Maret 2011

Lagi pengen nulis, pokoknya pengen nulis, tapi nggak ngerti mau nulis apaan. Jadi coba mencerna cerita lalu saja. Hehehe…
Well, sekadar mau mengingat kejadian tahun 2004 silam. Waktu itu handphone masih satu berdua sama my bro, jadilah dipakai seminggu sekali, gantian. Rada mengenaskan sih, sangat mengganggu, apalagi kalau lagi PDKT sama cewek. Hehe.. Alkisah, aku mudik ke Bukittinggi, kampung halaman yang dingin permai. Dalam konteks ini tidak membawa handphone.
Singkat cerita, tibalah waktu kembali ke Jogja untuk memulai lembaran baru berkuliah. Ini yang unik. Itulah pertama kali–dalam keadaan sadar dan paham lingkungan sepenuhnya–aku naik pesawat. Sebenarnya ya pernah naik pesawat, tapi tahun 1989, umur masih 2 tahun. Kalau kata orang, belum mengerti riak-riak dunia yang fana dan ganas ini.
Heleh.
Ya, pesawat dari Padang ke Jogja harus melalui transit di Jakarta. Sama aja sih, sekarang juga begitu.
Yang aku yakini kalau kejadiannya berulang saat ini adalah: aku rasa tidak akan mampu mengulangnya. Kenapa? Aku tidak membawa handphone, walkman, mp3, apalagi laptop. Sama sekali tanpa gadget.
Ini hal yang mungkin sulit dilakoni orang sekarang. Aneh ya? Dulu aja bisa, kenapa ketika semakin tua, semakin matur, malah tidak bisa?
Yang kulakukan saat itu sebenarnya sederhana. Sebagai orang yang tidak pernah transit, aku meminta wejangan penuh dari ortu ketika akan berangkat. Berbekal itu dan sedikit tanya-tanya, akhirnya bisa juga melanjutkan perjalanan sampai tujuan dengan baik.
Balik ke soal manusia tanpa gadget. Sebutlah handphone, aku terkadang minder sendiri, soalnya handphone-nya helper di tukang tekwan lebih bagus daripada milikku. Atau ketika ketemu tukang becak dengan handphone yang lebih kinclong.
Yap. Belum lagi bicara soal orang-orang ber-ipod yang kutemui di bandara. Pun orang-orang berlaptop yang lagi santai di wifi centrer.
Ada yang bilang, pada saat kiamat-nya badai matahari, akan terjadi pembalikan medan magnet. Hal ini akan menyebabkan seluruh piranti berbasis elektromagnet akan serta-merta bubar jalan.
Apabila itu benar, tak perlu ombak besar ataupun bumi gonjang-ganjing ala film 2012. Ketika manusia lepas dari gadget, apalagi sampai tidak bisa menggunakannya sama sekali, mungkin itu sudah seperti kiamat.
Boleh kali ya, mencoba hidup tanpa piranti pembantu ini, layaknya makhluk-makhluk yang lagi diklat samapta atau lagi di seminari. Karena nyata-nyata mereka juga tetap hidup tanpa gadget.
Berani?

No comments:

Post a Comment