Monday, December 16, 2013

Tidur Siang dan Dampak Perubahan

Original Post 17 Maret 2011

Aku dilahirkan sebagai anak guru, guru galur murni. Alias keduanya guru. Dan sampai saat ini aku bangga sebagai anak guru.
Hanya saja, potret masa silam, dimana profesi guru terlihat kurang menjanjikan, selain juga keinginan untuk mencoba hal yang baru, di luar kebiasaan, membuatku perlu mencari hal baru.
Ketika satu persatu sepupuku menjadi Sarjana Hukum, Sarjana Teknik, dan sejenisnya, aku perlu jalan lain.
Dan ditemukanlah: farmasi.
Tapi intinya bukan itu.
Di waktu kecil, aku dibiasakan untuk hidup cara guru. Yap, caranya guru, dan salah satu sisi enak hidup sebagai guru adalah dalam hal masa kerja. Guru akan masuk pagi, pulang siang, akan halnya siswanya. Tentu dengan segala kesibukannya, akan ada yang pulang sore atau malam untuk les atau sejenisnya.
Sebelumnya, harap dicatat, ini potret yang kutangkap dulu.. hehe..
Guru akan punya waktu libur yang hampir sama panjangnya dengan siswa-nya ketika liburan. Paling-paling piket, dan itu tidak setiap hari.
Dan itulah bedanya.
Kalau dulu kuanggap biasa, kini aku terkagum-kagum melihat bapakku bisa liburan selama 2-3 pekan ke Jogja. Atau ketika mendengar bahwa beliau tidur siang bisa 2-3 jam.
Sesekali, pengen juga tidur siang.
Tapi sebagai dampak atas jalan yang kuambil, sementara ini tidur siang hanya bisa diejawantahkan pada hari Sabtu dengan bangun siang. Dan nyata-nyata, jauh lebih banyak orang yang bangun pagi jam 5, berangkat jam 6, dan sampai kembali ke rumah jam 7 (malam).
Tidak ada yang perlu disesali dari jalan yang ada.
Yang penting, bagaimana tetap bergembira dan/dalam berkarya, apapun itu bentuknya.
Setuju?

No comments:

Post a Comment