Sunday, December 22, 2013

Kadang Berpikir “Kecil” Itu Terpaksa Jadi Boleh

Original Post 16 Maret 2012

Pengalaman adalah guru yang paling berharga, persis ketika saya dihajar untuk tahu urutan proses dan menguasai setiap tahapan dan pengendaliannya. Tajam dan tentunya menyebalkan.
Cuma, terkadang, ketika kita terlalu campur tangan dengan semua hal urutan proses, salah-salah malah dianggap kepo. Eh, mending kepo, kadang dianggap gila. Itu kan urusan gue, ngapain lu ikut-ikutan?
Haissshhh..
Ya sudah, sama ketika bos yang dulu bilang, “kalau semua berpikir detail, siapa yang membantu saya berpikir global?”
Sama di bagian mana?
Hehehe..
Ada porsi masing-masing. Ada yang boleh berpikir global, ada yang kudu berpikir detail. Berpikir detail lantas identik dengan berpikir “kecil”. Berpikir “Aku”. Ya, semacam itu.
Bahwa saya dilatih untuk paham semua rangkaian proses dan harus memarahi setiap bagian, dulu, itu menjadi landasan iman saja. Masa ya terkait yang lalu. Ya sudah to.
Mungkin memang lebih baik untuk berpikir “kecil” saja. “Aku” sudah kok. Beres. “Kamu” belum? Ya urusanmu.
Terpaksa boleh, daripada dianggap membuat masalah, dan terpaksa boleh daripada dianggap gila.
Kadang saja kok. Nggak selalu. Dan jangan selalu.
Karena nggak semua paham niat membantu.
Karena kadang niat membantu itu dianggap niat ngerusuh.
Karena kadang niat membantu itu tidak mesti diterima.
Bingung kan? Lha, saya saja bingung!
Hahahahaha….

No comments:

Post a Comment