Friday, December 27, 2013

Menikmati Agama

Original Post 27 Dec 2012

Entah ya, hari-hari gini kok hidup beragama di Indonesia itu macam ngeri saja. Ada yang sampai diguyur kotoran gegara beribadah.
Saya lalu membawa konteks kehidupan perbedaan agama ini ke kehidupan saya sehari-hari. Ya, saya ngekos di sebuah tempat yang asyik. Ada 4 orang Katolik dan 4 orang Muslim. Adil, impas. *halah, kayak apa aja*
Dan kehidupan kami sungguh berdampingan. Kalau ada yang mau sholat, ya yang lagi menghidupkan musik dengan volume keras yang dipelankan. Kalau baru pulang hari Minggu, ditanyain, “dari gereja?”
Main PS bareng, dolan (kadang) bareng juga. No issue tentang perbedaan.
Lalu kemarin saya pulang agak malam nih, dari arah mushala terdengar lantunan merdu. Bukannya serem lho, tapi justru indah. Iya, teman saya yang satu ini sedang duduk mendaraskan ayat-ayat dengan melodi yang jadinya indah. Tertegun juga sih, secara semua orang sudah pada pulang dan mungkin tinggal OB yang tersisa, eh bapak satu ini ada di mushala dan menyisihkan waktunya untuk ‘bersama’ Tuhan.
Well, ini poin saya. Apapun agama kita, sejatinya berpulang ke diri kita sendiri. Apa yang kita rasakan ketika memeluk agama itu, apa yang kita rasakan ketika melakoninya. Seorang teman saya bilang, “selama baik menurutku, aku nggak akan berpikir tentang orang lain.”
Kalau Irfan menikmati malam harinya di kantor dengan cara seperti itu, toh nyatanya saya menikmati menyanyi sebagai koor di gereja. Kalau Mas Santo menikmati sholat-nya di mesjid alih-alih di kos, saya toh juga menikmati indahnya konsekrasi. Semua menikmati dengan cara masing-masing kan?
Buat saya itu lebih baik daripada mengusik orang lain, apalagi ketika mereka sedang ‘bersama’ Tuhan. Agama itu soal hubungan kita dengan Tuhan alias sifatnya vertikal. Dan bukanlah ranahnya kita mengurusi hubungan orang lain dengan Tuhan.
Sekian! :D

No comments:

Post a Comment