Wednesday, December 25, 2013

Supplier, Oh… Supplier

Original Post 26 November 2013

Buat dedek-dedek yang masih SMA atau kuliah, saya perlu bilang di awal bahwa carilah penghidupan yang benar-benar kamu cintai. Ini penting, karena nggak semua penghidupan itu akan mudah. Ketika pas dapat susah, tapi kemudian kita cinta bidang itu, rasanya tentu nggak akan seperti yang saya alami dua hari ini.
Sudah dua malam ini saya mimpi nggak oke. Kenapa saya bilang nggak oke adalah karena kerjaan masuk ke mimpi saya. Kalaulah gebetan yang masuk, pasti jadinya mimpi indah. Nah, entah berhubungan atau tidak, dua hari ini saya harus berhadapan dengan ulah supplier. Hal ini semakin menyadarkan saya bahwa dunia logistik adalah sama sekali nggak cocok untuk saya.
Jadi kemaren itu ada jadwal kedatangan barang. Dengan aneka alasan yang tentu saja masuk akal, kedatangan barang tertunda-tunda terus hingga kemudian barang itu tiba persis 3 menit sebelum jam pulang kantor. Sebagai orang gudang yang baik hati nan budiman, akhirnya saya minta tolong sana sini untuk proses bongkar muat barangnya.
Lalu hari ini? Saya harus mengalami kejadian pertama kali seumur hidup ketika saya harus melakukan retur pada benda hidup. Barang yang saya kelola nggak semuanya benda mati, ada yang masih hidup dan uget-uget juga. Dan atas perintah bagian Quality, saya lalu melakukan return pada barang itu.
Saya masih mencerna hubungan dari mimpi pagi hari dan kejadian di siang-sore harinya. Semuanya semacam berhubungan. Dua hari ini saya mimpi ada kegagalan kerja, dan beberapa jam kemudian saya mendapati masalah dalam urusan dengan supplier.
Rasanya pengen berteriak pada Gusti. Dulu saya pernah bilang bahwa saya nggak suka jadi “inventory planner”, eh… jalan hidup malah membawa saya jadi “inventory planner”. Pas ditawarin jadi “logistic officer” saya juga ogah karena saya benar-benar nggak suka bidang ini, eh… malah nyasar jadi “supply chain officer”. Ketika jadi “inventory planner” saya memang berhasil menurunkan load gudang dari 140% menjadi sekitar 80%. Tapi apa saya menikmatinya?
Nggak.
Lalu apakah sekarang saya menikmati pencapaian order fulfillment 100%, which is nggak semua oknum supply chain bisa melakukannya?
Berkaca pada mimpi 2 hari ini, rasanya kok nggak.
Saya cukup lelah untuk di-PHP oleh aneka pihak yang ada di sepanjang rantai pasokan ini. Lama-lama ini bukan Supply Chain, tapi Setan Chain. Bagaimana nggak setan kalau kemudian saya di-PHP si Anu, atas dasar itu saya menjanjikan sesuatu buat si Ngono, lalu si Ngono juga berjanji kepada si Itu, dan seterusnya. Sejujurnya saya nggak nyaman selalu berada di posisi jadi PHP. Tapi, bisakah saya berbuat sesuatu?
Ah, ini mulai melenceng. Padahal blog ini nggak saya maksudkan untuk curhat kerjaan. Mohon maaf ya pembaca setia, ini sekadar kegalauan empunya blog ketika menjalani sesuatu yang sama sekali nggak ada di hati.

No comments:

Post a Comment