Sunday, December 22, 2013

Sistem, Paduan Suara, dan Sepakbola

Original Post 22 Mei 2012

Ini mau audit, jadi separuh galau. Yah, begitulah. Saya hendak mengayemkan hati, ya wong saya sendiri juga nggak ayem.
Jadilah tadi saya ngelamun (bukan jorok) sekejap. Saya ingat tiga kejadian penting dalam hidup saya.
Pertama, gladi bersih konser Melody of Memory di Paingan, tahun 2006. Waktu uji coba terakhir kali, lagu Circle of Life, baju pentas sudah dipakai, saya melakukan kesalahan karena keduluan 1 ketuk masuknya. Dan kebeneran suara saya kan nge-bass abis, jadi kedengaran. Bubar deh itu lagu. Yang bikin gelo, itu terjadi pada percobaan terakhir sebelum pentas. Saya langsung merasa bubar jalan. Saya pukul-pukul dada berharap menghilangkan ketakutan untuk berbuat salah yang sama. Latihan konser MoM ini lama lho, dan saya hafal seluruh liriknya, tapi kejadian bodoh, duluan masuk 1 ketuk itu tidak permisif di paduan suara.
Kedua, paduan suara juga. Di Mega Glodok Kemayoran dalam rangka Golden Voice Christmas Choir Competition. Ada bagian yang tiba-tiba nol, me-refer ke Haleluya Handel. Nah, sesudah bilang “and, ever, for ever, haleluya, haleluya, haleluya, haleluya” harusnya stop karena nol. Eh, ada teman yang masuk lanjut haleluya. Nuansa jelas nggak dapat. Dan saya langsung khawatir bagaimana pentas ini kelak.
Kejadian yang mirip, salah di waktu akhir MENJELANG pentas. Saya yakin ketika saya salah, itu dirasa janggal oleh teman lain, persis yang saya rasa di MGK. Apa yang terjadi?
Mengkhawatirkan itu nggak lepas bro! Udahlah, lakukan saja bagian kita masing-masing. Dan hasilnya? Dua penampilan yang tidak terlupa sepanjang hayat saya. Sukses kok.
Lalu saya ingat ketika saya selesai menepis sebuah tendangan bagus, dua menit kemudian saya bikin blunder, waktu DX Crews lawan General FC. Apa kapten dan teman lain mempersalahkan saya? Tidak! Jempol tetap  teracung buat saya yang teronggok malu di bawah tiang gawang.
Jadi, refleksi saya, dalam sebuah sistem itu, yang utama adalah melakukan bagian kita masing-masing sebaik-baiknya. Jangan dulu pikirkan bagian lain. Itu akan membuat kita lebih total.
Ketika kemudian bagian kita dirasa cukup, barulah, bantu, back up, tolong bagian lain yang membutuhkan itu. Tapi jangan pernah njagakke bagian lain akan membantu kita. Seorang kiper nggak boleh njagakke bek-nya akan memastikan tidak ada tendangan ke gawang. Kalau gitu mah nggak usah ada kiper sekalian to?
So?
Lakukan tugas kita, sesuai porsinya, sebaik-baiknya. Itulah konstelasi sistem yang sebenarnya.
Semangat untuk audit hari ini :)

No comments:

Post a Comment