Sunday, December 29, 2013

Komunikasi

Original Post 25 Juni 2012

“Ketika semua media komunikasi ada, kenapa komunikasi masih saja tidak bisa terjalin dengan baik?”
Kutipan yang diambil dari salah satu twit yang nongol di TL saya ini setidaknya merefleksikan sebuah keisengan, atau mungkin penyalahgunaan social media, dalam berkomunikasi.
Jadi ceritanya kemarin itu saya melakukan komunikasi via telepon, via message facebook, via direct message twitter, via Whatsapp, dan terakhir via Yahoo Messanger.
See? Lima jenis percakapan, pada saat yang sama, dan yang paling ra cetho adalah fakta bahwa saya melakukannya dengan orang yang sama.
Yah, ini sebatas percobaan belaka sih.
Apa yang terjadi?
Satu hal, melelahkan. Okelah ada teknologi headset yang memungkinkan tangan saya berkeliaran, ditunjang HP yang bisa disambi beraktivitas lain selain bertelepon ria, plus sebuah laptop menyala dengan koneksi yang lumayan. Tapi nyata-nyata, hal itu membuat saya lelah.
Yak, social media telah menjelma menjadi sarana untuk berkomunikasi. Bahkan kini orang mau menikah bisa mengundang via FB saja. Saya beberapa kali menghadiri pernikahan tanpa ada undangan fisik, hanya invitation via FB. Atau lagi, saya bisa ikut futsal dengan Raditya Dika karena ada event #futsalbarengpembaca yang diinformasikan via Twitter.
Itulah komunikasi, ketika informasi disampaikan.
Nah, perkaranya adalah bagaimana mengelola, menyampaikan, dan menyikapi dengan bijak.
Jadi begini, beberapa hari yang lalu ketika sedang sibuk audit, saya dapat pesan Whatsapp dari seorang senior, meminta untuk mengecek FB. Dan disitu terpampang dengan jelas foto saya dan mbak mantan. Sebuah foto yang bahkan saya saja nggak punya. Entah apa maksud si pengunggah foto itu, tapi saya sih cuma PM dengan sopan, dan dengan sopan pula dibalas, dan foto itu disingkirkan dari dunia maya.
Ya itulah social media, ketika semua informasi bisa menjadi konsumsi sosial yang sayangnya kadang kita lupa untuk membuatnya tetap baik. Misal untuk kasus foto saya, apa susahnya PM saya dulu, minta izin? Daripada asal unggah dan kemudian menciptakan sedikit huru-hara di jaringan lain?
Secara lebih privat, ini juga saya coba resapi. Ketika saya melakukan uji coba komunikasi yang itu tadi, jadinya malah nggak fokus. Sambungan telepon malah dipenuhi oleh diam. YM pun semata-mata emote.
Apa intinya?
Jalinan komunikasi itu semata-mata intensitas pertukaran informasi pada awalnya. Namun perlahan itu menjelma menjadi sesuatu yang terkait dengan perasaan. Nah, karena itu, kadang memang ada hal-hal yang dipilih untuk tidak dikomunikasikan. Dan itu kemudian kadang yang menghambat komunikasi itu sendiri.
Riweuh ya?
Bahwa sebenar-benarnya komunikasi adalah ketika dua belah pihak menjadi saling memahami, jauh lebih dalam dari sebelumnya :)

No comments:

Post a Comment