Friday, December 27, 2013

Terlalu Banyak Password

Original Post 21 November 2013

Saya nggak tahu siapa yang menciptakan password. Kalau tahu, saya mau nanya bagaimana perasaannya sekarang ini. Iya, perasaan ketika sekarang hampir semua aktivitas ada passwordnya. Tentu saja, kuis geblek di tivi yang mensyaratkan password, tapi membenarkan kalau kemudian salah, itu nggak termasuk. Apalagi kalau itu di ajang komedi bertepung-tepungan. Orang-orang yang lempar tepung itu pasti nggak tahu rasanya harus menghemat tepung agar dapat kue yang banyak.
Coba deh, dari pagi saya bangun tidur, tentu saja atas godaan alarm handphone. Maklum, belum punya benda hidup yang tidur barengan, jadi yang membangunkan ya benda mati. Otomatis, handphone adalah benda pertama yang dipegang. Nah, untuk bisa membuka kunci layar, kebetulan saya bikin kunci pola. Jadi, saya harus mengingat itu sepanjang hayat saya.
*simpan satu di otak*
Lalu begitu sampai kantor, saya kemudian meletakkan tas dan mencari jiwa bekerja yang entah saya sembunyikan dimana. Ya, saya memang bekerja tanpa jiwa. Faktanya begitu. Ketika komputer menyala, saya harus memasukkan password lagi. Yang ini agak menyiksa otak karena secara periodik harus diganti. Oya, nggak cuma password, tapi harus ada username yang harus saya isi dan ingat.
*simpan satu lagi dalam otak*
Kemudian sesudah masuk ke komputer, saya harus login ke system enabler karena kerjaan saya banyak disana. Disini tentu juga ada username dan password yang kudu disimpan rapi dalam otak. Masih soal perkantoran, saya juga harus mengingat password untuk email kantor, aplikasi chat, dan portal karyawan.
*taruh lagi dalam otak*
Di luar itu, saya juga berselancar di dunia maya. So? Saya juga harus mengingat ID login dan password untuk Facebook, Twitter, Path, Pinterest, WordPress, Gmail, Yahoo, Online Football Manager, Fantasy Premier League, dan lainnya. Semuanya punya perbedaan, dan semua harus diingat. Nanti kalau sama kan malah rawan disabotase orang lain. Kalau terlalu banyak beda, nantinya malah luput. Kan bingung. Huiks.
Ya, begitulah. Tulisan singkat dan tidak lucu ini adalah sekadar untuk menuh-menuhin posting saya yang seret di bulan November, seseret jodoh yang tiada kunjung tiba.

No comments:

Post a Comment