Kadang, saya suka ngiri sama orang-orang yang punya kakak, abang, mas, dan segala jenisnya. Kenapa? Entahlah.
Sudah takdir saya terlahir sebagai anak pertama. Saya nggak bisa apa-apa soal itu. Tapi jadinya kadang saya galau sendiri. Mulai dari milih sekolah, milih kuliah, milih karier, hingga lainnya. Ada kasus seseorang masuk sekolah, kampus, karier, dkk mengikuti kakak, abang, mas, dan sejenisnya. Saya? Membiarkan diri saya memilih sendiri, tidak ada contoh di depan mata, hanya ada bukti dari orang tua dan orang-orang di sekitar dengan kadar emosional yang kurang oke untuk ditiru.
Terasa banget waktu bikin skripsi. Kalau sekarang my sist bisa bertanya-tanya pada saya, lha saya dulu? Beneran meraba dalam gelap. Dan saya juga harus mengetik dalam gelap. Ya, sungguh gelap.
Saya juga jadi berat karena apa yang saya lakukan, jadi standar. Bahkan meski itu buruk sekalipun. Dipatok ke saya dong? Haduh. Jangan deh. Dibandingkan itu, baik dan buruk, nggak enak. Bener deh.
Paling bikin ngiler ketika adik-adik dengan sukses menyedot income saya, dan (ironisnya) saya semacam tidak bisa apa-apa. Okelah, sejauh saya bisa, saya usahakan. Semata beliin sabun, tisu, dll mestinya ya masih mampu. Kecuali minta beliin sepeda motor, komputer, apalagi kamera DSLR *lha saya wae pengen kalo itu*
Kadang ngiri juga, dulu kok saya nggak bisa minta-minta ke kakak, abang, mas, dan sejenisnya?
Saya juga nggak punya kakak, abang, mas, dan sejenisnya yang bisa dijadikan tempat curhat sepenuhnya. Jadilah saya memendam banyak hal sendiri, dan sebagian tersamar di blog ini.
Deretan kenapa yang tidak bisa terjawab, dan memang tidak akan bisa terjawab. Itu takdir dari Yang Di Atas, dan yang bisa saya lakukan hanyalah mensyukurinya. Yah, walaupun kalau kembali ke ladang, siap-siap makan indomie lagi. Hehehe..
Tapi setidaknya melihat foto wisuda dan 10 kali lebih mahal dan 10 kali lebih bagus, sudah cukup membuat saya tersenyum puas. Melihat orang tua nggak mengeluarkan banyak duit untuk ngisi bensin waktu mudik, cukup menyinggungkan segaris senyum. Yah, begitulah. Kepuasaan itu ada uniknya.
No comments:
Post a Comment