(Original post 14 December 2012)
Ada suatu masa ketika kebimbangan itu melanda. Terutama di kalangan pekerja swasta kayak saya ini. Ya, pindah kerja.
Dan entah sudah berapa banyak orang yang mengecap saya ‘BODOH’ ketika
dengan mantapnya saya menolak promosi (ketika saya belum 2 tahun
bekerja), dan malah memilih pindah untuk posisi yang sama. Dan masih ada
juga yang mengecap saya kata yang sama ketika untuk kedua kalinya saya
juga menolak hal yang sama.
Penyesalan? Itu jamak terjadi ketika seseorang pindah ke perusahaan
kedua, setelah bilangan tahun bekerja. Ya, sebagai anak unyu-unyu tentu
perusahaan pertama itu jadi patokan. Masalahnya, tempat kerja pertama
saya itu so systemize dan okelah untuk jadi patokan. Saya harus bilang begitu karena ya memang begitu adanya.
Hanya, saya lelah dengan adrenalin yang meningkat ketika saya harus
mengurus 3500 item yang nyata-nyata tidak menentu nasibnya. Ada yang
tahu-tahu tumpah di supplier, ada yang salah cetak, dan lainnya.
Dan entah kenapa pula teman-teman saya di tempat lama memberi kabar
angin soal sebuah posisi di tempat lama saya yang ‘katanya’ akan diisi
oleh salah seorang teman saya (yang sama-sama masuknya).
Seseorang bertanya, “kamu menyesal?”
Dan jawaban yang sangat mudah. A BIG NO.
Okelah terkadang memang ada penyesalan kecil ketika misalnya dikirimi
foto kalau teman disana lagi kumpul-kumpul. Atau lagi ada cerita sedang
main bola. Tapi kalau giliran lagi naik bis bolak-balik ke Jogja, malah
ada rasa syukur soal kemudahan. Apalagi ketika kemarin saya ikut lomba
(padus) di Jakarta.
Ya, setiap pilihan memiliki konsekuensi yang mengikat. Penyesalan itu
boleh, tapi nyatanya tidak akan mengurangi konsekuensi tersebut.
Pilihan itu ibarat sebuah laci panjang. Ketika kita hanya punya 1 kunci
dan memilih sebuah laci untuk ditarik, apapun isi laci itu ya harus jadi
tanggungan kita. Sesuatu yang tidak banyak kita tahu sebelumnya, hanya
bisa kita perkirakan.
Jadi, kalaulah kabar itu benar, tentu saya bersyukur karena teman
saya sukses. Membandingkan dengan apa yang saya capai kini sejatinya
berbeda. Karena toh, saya punya pencapaian sendiri, dan beberapa memang
sejalan dengan yang saya pikirkan ketika menolak tawaran promosi itu.
Hidup itu bukan untuk posisi kok, tapi untuk berkarya, memberikan
makna pada dunia. Posisi memang bisa membantu untuk berbuat. Ya, tinggal
bagaimana kita menempatkan diri saja.
Sukses lah buat semuanya..
No comments:
Post a Comment